Dedi

Dedi
Nobody but me

Dedi Andrianto Kurniawan

Belajar nge-blog ... let's go blog!! :p

Rabu, 23 Februari 2011

Doa Dalam Kelepak

Jikamana memang waktu tak punya pintu. Aku takut berjalan sendirian dibuntuti bayangan perempuan bersayap iblis. Trauma suara merayapi pancaroba yang memampatkan sisa masa. Kau seperti berjalan di kosong lorong yang panjang yang cahayanya surup terjual petang. Du du du . . . Ide ide dalam kepalaku masih menggelegar menambatkan inginku akan lelap tidur pada marah akan suara suara mengganggu. Denting nya jarum jam mengurung tubuhku pada kotak di sudut meja terpaku murung pada nasib yang jadi seteru. Di jendela pada sisi sebelah timur celahnya menyilaukan ditikam cahaya sore. Menjelang datang satu lagi petang. Aku selalu mencintai subuh, tetapi tidak pagi karena aku seperti diguncangkan risih bebunyian mengganggu dan tawa orang orang berbelanja makanan. Aku bukannya tak suka memandang nikmat dedaunan hijau menari menggeliat. Hanya saja ingin aku terlalu sibuk. Inginnya aku mengunci diriku pada kotak buku sendiri. Hidup dan mati dengan satu arti, bukan jutaan yang kalian maknai pada ampas kopi dan kepulan asap rokok. Coba lagi katakan bilamanan otot otot ini sudah beranjak lemah tak lagi menjamah. Tubuh ini hendak terasa seolah tercecer jadi remah remah. Maka minta padamu biarkan saja aku curiga pada langit langit kamarku yang menggunjing betapa cemburunya Tuhan menciptakan aku. Tinggal saja bagaimana hidup datang menyapamu hingga memberikan pilihan bilamana masa menetapkan kita berbelok pada gang yang sama. Karena jalan ini bukanlah sepi yang diterpal pinggiran dinding pembatas. Bukan lah soal cermin yang bagaimana pandangan jiwamu terperangkap disana. Ini adalah gita yang dengan sombongnya kita gubah seolah raja yang murka. Maka saat ia menyusup melalui pori-pori mu, lubang hidungmu bahkan mulutmu, ia akan memaksamu terpejam menutup mata melupakan getir nya jahilmu di masa muda. Terbayang bagaimana luasnya belantara kegelapan jadi ruang yang mengungkungmu di pepunggungan bukit kecil. Menapaki satu per satu anak tangganya hingga harapanmu terpuaskan dengan jawaban yang layak. Lalu saat kau tersadar, kau telah kembali dengan kehidupan dan kemurkaan yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan masukan :)