Dedi

Dedi
Nobody but me

Dedi Andrianto Kurniawan

Belajar nge-blog ... let's go blog!! :p

Rabu, 23 Februari 2011

Gemetar

Kita mengingat,
resah yang dulu kita pintal seraya, sekarang jadi dunia penuh tawa dan cerita. Dalam anjaknya tiap jarak, menebarkan jejakan bekas hatimu dalam patri membingkai sanubari. Kita pahat berdua, satu sisi satu sisi, dekatmu dan dekatku masing masing sekeping menjadikannya padu terwujud prasasti torehkan hikayat menetakkan apa dan seperti apa hidup kita pada masa. Dulu, adalah waktu. Ia menyokong kita membopongmu pada koridor penuh lampu dan tarian sesambutan. Ia menamakanmu panggilan yang selalu dielu dan dirindukan. Ia menyelubungimu dengan rindu membara dan meremat hatimu dalam air matanya. Setiap dulu, engkau mengetrapkan senyum yang tiada jua pudar dimakan angin tak seberapa. Ia redam dalam lisanmu . . .
Waktu, kini berpisah meninggalkanmu perlahan wajahnya berpaling dari dinginmu. Tak lagi jadi sesuatu di depanmu, kini jauh telah ia tertinggal di belakangmu. Tentang dulu, tentang kita dan tentang sekarang. Menimpali hari kian berujung senja, dalam tengah mengenangku akan dirimu, dalam namaku tertinggal di sudut matamu, dan kerling beningmu, dalam muara tenggelam kata kata di purwa lisan ku, tak jua bisa gerakkan mendekat akan hatimu. Tak lagi serupa ia-yang kau sebut dulu-muspra kandas berjuntai memanjang kenang. Bukan lagi sekarang, masa engkau kembali, telah terbingkai darahnya luka hati.

Ingat, dalam ingat.
Masih erat melekat dalam benak, tempat tempat yg sempat kita tapak. Kisah kisah yang mimpi kita hikayatkan. Cita cita yang pernah kita gantungkan biar jadi pewarna, matamu dan mataku, menatap dengan cara dunia. Dunia kita.

Rindu, lah membunuhku perlahan. Menderu sambil menunggu diliput hujan yang mengeras dan melumatkan wajahku, ditampar sesekali angin menghentakkan tidur dari mimpi, dan semakin layu, bahwasanya retak engkau tiada pernah jua sadar aku tunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan masukan :)