Dedi

Dedi
Nobody but me

Dedi Andrianto Kurniawan

Belajar nge-blog ... let's go blog!! :p

Rabu, 23 Februari 2011

Jarum Kertas

Sungguh tatapan itu penuh legit mengercip lidah dan membungkam lisan berbahasa. Membendung pecah air mata, tersekat dalam rongga dada yang remah remah tinggal puing puing berserakan penuh cerita karam. Kendatipun tak mampu menjadikanku sebuah jembatan untuk menyeberangi muara pada lautan duka, kehilanganmu seperti sajak bisu pada rima, bahkan lagi tak punya daya bersuara. Aku tengah bersandar pada dinding yang sejuk, yang tatkala setiap kali engkau aku kenang, serasa retakan dinding jadi penuh gambar. Terkadang sesekali bayanganmu muncul begitu anggun menyapa. Denting masih lah berdenting tak pula lagi berhenti, menyambar sunyi mengelupasnya dengan cukup mengerikan . . . Hingga bergemuruh tangisan pedih nya sunyi, menggema pada punggung perbukitan, tempat kita pernah menjajakan bersama, tawa, kelakar dan masa kecil. Mata enggan terpejam, menggerayangi sketsa-sketsa irama kita berdahak setelah ricuh tertawa. Ingatkan lagi masa sempat aku tertidur menemuimu dalam mimpi. Dengan penuh rangkaian bunga dan buah pir, dengan gaun angsa, dan pita. Bukan kepulan seperti yang kita pernah takutkan. Masih terlalu pagi engkau buka jendela, tak jua sempat aku menyematkan doa pengantar malam, sudah kau suguhkan secangkir kopi. Drama sepanjang pagi engkau perankan, bila saja masih sempat kita tonton bersama. Sampai jumpa kawan . . . Suatu saat kita bertemu lagi dan engkau menyadari, betapa tak perlu engkau jauh berlari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan masukan :)