Dedi

Dedi
Nobody but me

Dedi Andrianto Kurniawan

Belajar nge-blog ... let's go blog!! :p

Rabu, 23 Februari 2011

Kembang Teratai

Andaikata gerimis lagi pudarkan angin. Dari lesung kanvas aku melukis wajahmu cepat-cepat melesat dalam rekahan-rekahan hati. Bilamana waktu sudah utas lepas kaitannya satu lagi satu bergumul berjatuhan, tak lagi sempat aku menyisakan waktu demi membasuh telapak tanganku. Entahlah seberapa pedihnya, melahap bayanganmu selagi mengintai halus serat tanganmu membungkamku dengan beraneka ragam rupa dan warna bahagia kau sodorkan, lagi penat kepalaku ditikam waktu. Merenggut harapan jauh dari lubuk hati dan tingginya mimpi, beranjak gelisah menguburmu dalam kental penyesalan. Dikejar dosa hingga berhenti menipu diri, tiba-tiba kau tepuk bahuku, membangunkanku dalam dengkuran serigala pemangsa keremajaan. Masih muda dunia membuaiku didekapnya remat-remat laiknya bunda mendongeng putri kecilnya. Senja hadir sudah . . . Mataku rekak dan buta diselubungi jalanan memanjang membelakangiku, dan jejak jalanmu jenjang meremahkan duka lagi mengiris hati kecilku. Setiap aku mengenang sudut matamu rindu, ada bayangan terhampar lebar di depan mataku, seolah membentangkan betapa dalam luka hati sempat tanganku goreskan. Manusia . . . hanyalah manusia, yang dalam hatimu tiada engkau berikan warna. Benih ini . . . Kemana lagi bakal sempat kita semai, sementara kakimu kian jauh berlalu. . . . Tengah rebah dalam hangatnya rumah, sementara masih diam mematung ragaku ditelan sedikit hujan. Lalu akan datanglah sejenak masa, senyap yang memekakkan telingamu agar mendengar cermat sebagaimana hujan melantunkan tangisan tangisan yang melengking mendeburkan gemuruh lautan yang angin terbangkan jauh ke langit kebiruan. Aku bawakan namamu terbang kian kemari, mengitari sejauh apapun hatimu mencari. Tentang gagahnya sayapku terentang menaungi pijakanmu agar tak dijilat matahari. Lalu dibanting lagi menukik arah menghembus ragaku berlutut di pangkuanmu. Selagi resah kita aromakan bahasa. Hatimu berbicara menyiratkan makna, setibanya engkau dari pergi, rumah adalah tempat engkau kembali. Sejauh apapun dunia kau tapaki . . . Disamping rebahanku lah rumah tempat engkau pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan masukan :)