Marilah, singgahkan bahumu sejenak di singgasana tak seberapa, beberapa langkah lagi tiba kita di koridor, menjunjung arah kita pada aula, dihidangkan jamuan para dewata, tertawa ceria, berbagi kisah, duka lirih rasa derita murka dan nestapa, memahat legenda dalam matamu yang merah cerah seperti darah berkobar membakar bebatuan pori-porinya dibanjiri angin haluan, menceritakan debur ombak kemarahan, mewarnai dunia begini begitu dan begini dan begitu. Mari, sejenak lagi kita berlayar, mengembangkan merentang sayap, ekor dan menajamkan mata ke depan, memuja anggunnya cakrawala, jadi raja di angkasa, terbang mengitari gerbang surga, esok hari engkau bercerita, kepada dahan, kepada dedaunan, kepada akar belukar, kepada air gemericik berisik, menggemakan seisi hutan bersenggama. Dengan sayapmu lebar kekar gempar dan panas berkobar, pekikkan suaramu memangsa, lengking. Kemanapun engkau mendarat, aku ikut semburat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berikan masukan :)